Banyak orang tua bilang, “Nikmati aja prosesnya. Jalani aja.”
Ya itu mungkin karena ketika kita sudah melewatinya, waktu yang sudah
berlalu seperti tidak berasa. Seperti misalnya, ga berasa sekarang sudah punya
anak dua. Ga berasa Si kakak udah enam tahun aja, ga berasa Si adek udah mau
dua tahun. Ketika mengingat sebuah momen sekolah atau kuliah rasanya seperti
baru kemarin.
Sama seperti ketika papaku melepas diriku ketika aku menikah. Beliau bilang, “ Baru rasanya gendong-gendong
kakak, sekarang udah nikah.” Kurang lebih seperti itu. Ya karena beliau sangat
sibuk bekerja sehingga jarang menghabiskan waktu buat kami.
Itu jika kita tarik dari sudut pandang masa depan ketika melihat apa-apa
saja yang telah kita lalui.
Masalahnya, ketika kita menjalaninya di masa sekarang , rasanya
berdarah-darah! Hahahha. Terus, apakah
kita perlu mengambil sedikit momen di masa depan yang kita inginkan ketika
sedang terpuruk di masa sekarang?
Apakah istilahnya internalisasi, memotivasi diri atau membuat anchore
ketika kita sedang kesulitan di masa sekarang dengan mengingat tujuan (ingin
seperti apa kita di masa depan) atau ingin mengenang yang seperti apa kita di
masa lalu. Mungkin bisa kita coba.
Cuma memang perlu kita menjauh dari diri kita saat ini (diasosiasi) agar
kita menyadari situasi kita saat ini. Coba bayangkan seolah-olah kita mellhat
diri kita sendiri dari atas. Apakah yang kita lakukan sudah selaras dengan
tujuan hidup kita? apakah yang kita lakukan sudah termasuk dalam aksi untuk
mencapai tujuan itu? Sudah berproseskah kita?
Jika kita ingin menikmati proses, maka satu-satunya cara adalah kita
benar-benar hadir dalam proses itu sendiri. Kita sadari kita sedang berproses,
kita terima jatuh bangun yang berulang-ulang terjadi. Sekecil apapun itu
progresnya tetaplah progres. Itulah proses.
Ketika sedang merasa sangat menyakitkan dalam prosesnya, rangkullah
dirimu. Berilah welas asih kepada diri kita sendiri sampai kita tenang dan bisa
bangkit lagi. Semuanya akan berubah, rasa itu juga berubah seiring detik demi
detik mengubah hari ke esok.
Ketika sedang berada di titik terendah, dimana terasa kita merasa lemah
dan ingin menyerah. Disitulah letak kita disuruh pasrah. Bahwa kita hanya
manusia lemah yang hanya butuh pertolongan Allah SWT. Kita bukan manusia yang
harus selalu tampil sempurna. Terimalah..
Ketika kita tidak bisa menerima takdir yang kita benci, tidak kita
sukai. Kita selalu bertanya kenapa ini terjadi. Kenapa harus terjadi pada diri
ini? Namun sudahkah kita berefleksi? Apakah yag Allah ingin kehendaki?
Pikiran kita. Ya mungkin Allah ingin menguji pemikiran kita, pandangan
kita terhadap Allah SWT. Bagaimana kita diuji untuk percaya bahwa apa yang
ditakdirkanNya baik. Walaupun dalam pandangan kita apa yang terjadi sangatlah
buruk.
Astaghfirullahaladzim..
Beranikah kita melampaui pengetahuan Allah SWT? Semua yang kita
pertanyakan atas apa yang terjadi kadang tidak butuh jawaban. Karena yang
diinginkan Allah SWT hanyalah ketaatan kita dalam menjalani ujian kehidupan.
Bukankah Allah SWT menghendaki kebaikan? Bukankah Allah SWT selalu
memberimu pertolongan? Lantas apa yang kau ragukan?
Berbahagialah wahai teman, engkau adalah manusia pilihan.
Dengan ujian ini ajang untuk meningkatkan iman.
Hingga akhirnya nanti kau lulus merasakan kebahagiaan.