I see your monsters
I see your pain
Tell me your problems
I'll chase them away
I'll be your lighthouse
I'll make it okay
When I see your monsters
I'll stand there so brave
And chase them all away
Lagu di atas sempat viral dan menjadi lagu yang disenangi kaum ibu maupun anak. Kata-kata monster seolah menjadi kata yang cukup mewakili kondisi bagian diri kita yang ‘menakutkan’ ketika emosi kita meledak menjadi kemarahan.
Sebenarnya apakah monster itu memang harus diusir atau perlu justru perlu dirangkul? Lagu di atas niatnya baik, yaitu ingin membuat orang yang memiliki monster itu merasa nyaman. Lantas, bagaimana jika diri kita sendirilah yang sepatutnya menghadapi monster itu dengan berani?
Berani menerima jika memang ada monster dalam diri kita. Berani menghadapi bagaimana membawa monster ini dengan lebih menyenangkan sehingga akhirnya kita menikmati kebersamaan kita ketika monster itu muncul.
Saya suka belajar mengambil hikmah dari menonton film animasi, sekalian mengajarkan anak-anak nilai-nilai baik yang bisa diambil. Mengenai monster ini kami sekeluarga nonton film yang berjudul “Turning Red”.
Saya akan membahas nilai dari sudut pandang menerima monster ini. Mei Mei, tokoh utama dalam film ini ketika berusia 13 tahun mengalami perubahan hormonal dan tingkah laku layaknya remaja yang sedang pubertas.
Menariknya ada hal lain yang berubah pada dirinya, yaitu dirinya berubah menjadi panda merah besar kuat yang bisa merusak sekitarnya. Hal ini merupakan kejadian turun temurun dari leluhurnya yang juga dialami nenek, bibi-binya dan ibunya.
Ketka emosinya tidak terkendali ia akan berubah menjadi panda merah besar. Awalnya Mei Mei sangat tidak suka keadaan yang menimpa dirinya. Dia ingin menutupi perubahan yang terjadi pada dirinya, salah satunya rambutnya yang berwarna merah.
Tetapi teman-teman dekat Mei malah menyukai dirinya dan menerima apa adanya. Menurut mereka panda merah itu lucu dan keren. Mei menyadari bahwa bersama dengan temannya membuat ia tenang dan aman membuat ia kembali menjadi manusia.
Ia kemudian melatih mengendalikan emosinya dengan membayangkan ia berada bersama teman-temannya. Mei Mei bisa beradaptasi dengan cepat dan melakukan hal-hal menyenangkan bersama temannya dalam bentuk panda merah.
Tiba saatnya ritual untuk pemisahan panda merah dan dirinya berlangsung, Mei Mei tidak tega berpisah dengan sosok panda merah yang ada dalam dirinya. Dia tidak ingin memisahkan dirinya dengan monster itu seperti yang dilakukan nenek, ibu dan bibi-bibinya, justru ingin mempertahankannya.
Ia memilih panda merah tetap menjadi bagian dari dirinya dan tidak menutupi lagi, malah dengan sosoknya itu ia bisa menarik pengunjung kuil keluarganya dan menambah pendapatan dari hasil penjualan souvenir panda merah.
Nah, dari situ kita bisa belajar Mei Mei berhasil menerima sosok monster yang muncul dan mengendalikan emosi penyebab ia berubah menjadi monster. Ia tidak memandang dirinya monster lagi, namun panda merah warisan leluhur yang membanggakan.
Penerimaan dan keputusan yang diambilnya itu menjadikan ia lebih dewasa dan diterima keluarga dan lingkungannya. Akhirnya Mei Mei bahagia dengan dirinya sendiri dan keluarganya.
Kita bisa belajar, wajar jika ada monster yang muncul jika ada trigger atau masalah karena kita manusia tidak sempurna. Namun, kita perlu mencari apa penyebabnya dan berani menghadapi bagaimana mengendalikannya. Semakin kita latih mengendalikan emosi kita kita lama-lama akan beradaptasi dengan monster itu.
Sebagai seorang muslim sudah ada solusi untuk tenang dalam mengendalikan emosi. Jika Mei Mei ingat teman-temanya, kita ingat Allah SWT dengan berdzikir. Seperti dalam ayat Quran sebagai berikut:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)
Kemudian ayo kita coba lakukan hal-hal yang menyenangkan ketika monster itu muncul sehingga kita tetap menyadari masih ada monster itu, namun kita merasakan hal yang menyenangkan. Dengan begitu pelan-pelan kita akan menerima monster itu dan syukur-syukur dari kesenangan misalnya hobi menjadi pendapatan seperti Mei Mei. hehe
Jadi, marilah kita rangkul monster yang ada dalam diri kita atau anak dan keluarga terdekat. Marilah kita banyak mengingat Allah SWT agar hati kita menjadi tenang. Semoga kita bisa menjadi versi diri kita yang lebih baik dari hari ke hari. aamiin
0 comments